Kisah Sukses Lois: Lulus S2 ITB di Usia 22 Tahun, Berkat Dukungan Satpam Kampus

- Umur rata-rata para wisudawan Sarjana Muda adalah di atas 30 tahun. Namun, Eunike Lois Subiakto sukses menyelesaikan program S2 saat berumur 22 tahun.

Lois, demikian ia disapa, menuntaskan studi master-nya di Prodi Bioteknologi, SITH ITB dengan proses percepatan yang tidak lazim.

Dia menyelesaikan sekolah menengah atas hanya dalam waktu dua tahun dan segera meneruskan pendidikannya ke program Sarjana di Prodi Mikrobiologi ITB pada tahun 2019.

Mengikuti program fast track di ITB

Pada semester ketujuh, akhirnya ia membuat keputusan penting, yaitu bergabung dengan program tersebut. fast track untuk secara langsung melanjutkan ke program master.

"Keinginan untuk meneruskan pendidikan pada jenjang S2 timbul akibat berbagai pengetahuan baru yang belum sempat aku dalami. Di masa awal perkuliahan, segala sesuatunya sangat dibatas-batasin dikarenakan adanya pandemi. Kami mahasiswa Program Studi Mikrobiologi seharusnya melakukan praktikum di laboratorium namun tidak bisa sepenuhnya. Oleh karenanya, beberapa materi kupahami dengan telat. Keputusan untuk menempuh jalur S2 ini pun menjadi kesempatan bagi ku untuk menggali ilmu secara lebih mendalam," tuturnya seperti ditulis dalam situs resmi ITB, Senin (26/4/2021).

Studi pada tesisnya dimulai dari hal yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari, yaitu ASI (Air Susu Ibu).

Dia menyatakan bahwa ASI tak hanya kaya akan gizi, melainkan juga memiliki probiotik yang bila di konsumsi dengan dosis tepat bisa mendukung kesejahteraan tubuh.

Riset ini bertujuan mempelajari kemampuan senyawa antibakteri (bakteriosin) yang terdapat di dalam probiotik susu ibu guna menekan perkembangan bakteri patogen pencetus masalah saluran cerna, sebagian dari strategi mencegah kondisi pendek pada balita.

Satu hal yang sangat memukau saat menulis skripsi adalah frekuensi kerja di lab yang lumayan padat, sehingga terkadang perlu bermalam disana.

Berkumpul bersama di lab dengan teman-teman sejawat dan petugas keselamatan juga membentuk momen berharga yang menguatkan ikatan persaudaraan.

Atmosfer kekeluargaan serta dukungan antar sesama menjadikan perjalanan riset menjadi lebih bernilai dan mengharukan.

"Walaupun setiap orang memiliki beban dan hambatan sendiri-sendiri, kita saling memberi kekuatan antara satu dengan yang lain," katanya.

Pengalamannya itu menciptakan kepribadiannya dalam menangani bermacam-macara tantangan baik di bidang studi maupun hal lain diluar studi.

Dia menganggap bahwa bantuan dari lingkungan terdekat, termasuk lembaga dan orang tua, sangat berperan dalam proses pendidikannya. Dia juga tidak melupakan untuk menyebutkan beberapa tokoh yang signifikan selama masa akademisnya.

"Saya ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada ITB dan para dosen, lebih spesifik lagi pada Bu Pingkan Aditiawati dan Bu Kamarisima sebagai pembimbing saya, karena mereka sudah memberikan peluang bagi saya untuk belajar, mempertajam pemikiran kritis, serta tumbuh menjadi individu yang mudah menyesuaian diri," jelasnya.

Ucapan terima kasih tersebut juga disampaikan karena para dosen sudah memberikan pendidikan tak hanya di bidang akademis saja, melainkan juga aspek non-akademik dengan kualitas tinggi dan menyemangati agar jangan mudah merasa cukup akan setiap pencapaian.

"Saya pun sungguh-sungguh bersyukur atas dukungan dari kedua orang tuanya yang terus-menerus menjaga kesehatan jasmani dan rohani saya," katanya.

Terimakasih kepada pihak keamanan di ITB

Di samping itu, ada seorang tokoh lain yang turut meninggalkan kesan penting dalam pengembangan karir akademisnya, yakni Ridwan Alwi, yang saat itu berperan sebagai penjaga keamanan atau satpam di SITH ITB.

"Tak terlupakan pula, saya mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Ridwan Alwi, pegawai keamanan SITH yang saya pandang seperti bapak kedua saat di SITH, dia selalu menjamin kesehatan saya," tandasnya.

Tersembunyi di balik derajat master yang dia raih sejak dini terdapat cerita tentang kejujuran, dedikasi, serta dukungan dari orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian, bukan hanya gelar akademik semata yang diraihnya, tetapi juga pertumbuhan sebagai seorang peneliti muda yang kuat.

Posting Komentar untuk "Kisah Sukses Lois: Lulus S2 ITB di Usia 22 Tahun, Berkat Dukungan Satpam Kampus"